Peninggalan Kerajaan Demak dan Muatan Edukasi dari Destinasi Wisata Religi

Peninggalan Kerajaan Demak dan Muatan Edukasi dari Destinasi Wisata Religi

Kerajaan Demak adalah salah satu kesultanan pertama yang ada di Pulau Jawa yang diperkirakan ada pada tahun 1500. Kerajaan Islam ini di kenal dengan Raden Patah sebagai raja pertama, dan pusat pemerintahaan berada di kota Demak. Putera dari Prabu Brawijaya V ini menerima kekuasaan atas Kerajaan Demak dari Majapahit yang meliputi wilayah Demak, yakni Bintoro.

Di bawah kepemimpinannya, Raden Patah menjadikan daerah Bintoro sebagai pusat penyebaran Agama Islam, hingga kemudian berkembang menjadi Kesulatanan Demak. Peninggalan Kerajaan Demak menjadi salah satu bukti eksistensi kesulatanan ini dan memiliki pengaruh besar terhadap penyebaran agama Islam kala itu.Peninggalan Kerajaan Demak yang begitu populer di masyarakat sebagai destinasi wisata religi adalah Masjid Agung Demak.

Masjid yang dibangun pada sekitar abad ke-15 M ini merupakan pusat pemerintahan dari Kesultann Demak. Bangunan Masjid ini menjadi salah satu jejak tinggalan Islam tertua di Indonesia. Sebagai pusat pemeritahan, tentu lokasi Masjid tidak jauh dari alun-alun Demak, tepatnya di Kampung Kauman yang temasuk dalam Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak. Akses yang sangat mudah dijangkau membuat banyak masyarakat muslim berbondong-bondong untuk berwisata religi pada jejak Sejarah peadaban Islam yang satu ini.

Selain sebagai objek wisata religi, Masjid Agung Demak juga memiliki muatan edukasi yakin dengan arsitektur pada Masjid yang mmepunyai bergama makna dibaliknya. Peninggalan Kerajaan Demak ini tampak megah dengan gaya design bangunan yang sederhana. Masjid Agung Demak didesain dengan atap tumpang yang terdiri dari tiga bagian penyusun. Hal ini merupakan hasil dari akulturasi budaya antara Agama Islam dan Hindu, sehingga bentuk atapnya menyerupai bangunan Pura. Yang mana menunjukkan harmonisasi atau toleransi antara Muslim dengan penduduk setempat yang mayoritas beragama Hindu saat itu.

Selain itu atap tumpang juga dipercaya sebagai simbol dari tingkatan Aqidah dalam agama Islam yakni Iman, Islam, lalu Ikhsan sebagai puncak aqidah tertinggi.Selain atap, bagian bangunan yang menunjukkan akulturasi budaya adalah pintu Masjid. Terdapat ukiran-ukiran cantik dan menarik yang syarat akan makna di dalamnya. Salah satunya adalah ukiran kepala naga atau disebut Candra Sengkala yang mana merupakan simbol penanda waktu dalam kebudayaan Jawa.